Jumat, 12 April 2013

Mahasiswa Pecinta Alam & Perkembangannya

Foto di Puncak Mahameru, Tempat dimana meninggalnya  Soe  Hok  Gie

Apa yang muncul dibenak fikiran ketika ditanya tentang Mapala singkatan dari kata Mahasiswa Pencinta Alam? Dapat dipastikan jawaban yang paling banyak yaitu mendaki gunung. Pertanyaan berikutnya, kenapa mesti Pencinta Alam? dari mana kata itu berasal? Sebagai informasi, kata pencinta alam hanya ada di indonesia. di negara lain, kegiatan yang berkecimpung di alam bebas mereka sebut dengan aktivis lingkungan. Lalu, siapa pendiri kelompok mapala pertama di Indonesia? Dan tahun berapa Mapala di Indonesia dibentuk? 

Kelompok Pencinta Alam di indonesia di bentuk oleh seorang aktivis dari Universitas Indonesia, yaitu Soe Hok Gie. Gagasan itu muncul karena merasa jenuh dengan situasi yang penuh intrik dan konflik politik. Soe ingin membentuk suatu organisasi yang bisa jadi wadah berkumpulnya berbagai kelompok dari kalangan aktivis. Namun bukan bergiat di arena politik praktis, tapi di alam bebas. Soe berpendapat bahwa rasa patriotisme tidak dapat tumbuh hanya dengan slogan - slogan indoktrinasi ataupun poster - poster belaka, namun dengan jalan hidup di tengah alam dan di antara masyarakat kebanyakan.

Lalu pada 8 November 1964, mahasiswa pencinta alam pertama di indonesia pertama didirikan dengan nama “MAPALA PRAJNAPARAMITA” yang saat ini disebut dikenal dengan nama MAPALA UI. Sesuai dengan gagasan dari pencetusnya, Mapala Prajnaparamita memiliki tujuan yang pertama, Memupuk rasa patriotisme dikalangan anggotanya, yang kedua yaitu mendidik mental dan fisik, serta yang terakhir yaitu mencapai semangat gotong royong dan kesadaran sosial. 

Lalu, bagaimana dengan perkembangan mapala saat ini? Dapat dilihat, hampir setiap perguruan tinggi dari berbagai daerah memiliki organisasi pencinta alam. Bahkan dalam satu kampus terdapat beberapa organisasi pencinta alam. Contohnya seperti di kampus UGM terdapat 38 organisasi pencinta alam, yang terdiri dari Mapala Universitas, Fakultas, serta Jurusan. Hal tersebut tak jauh beda dengan di Sumatera Utara, khususnya di Universitas Sumatera Utara. Terdapat 5 kelompok pencinta alam yang terdaftar di Pusat Koordinasi Daerah MAPALA-SU. Yaitu KOMPAS - USU untuk tingkat Universitas, PARINTAL untuk Fak. Pertanian, GEMAPALA untuk Fak. Ilmu Budaya, NATURAL JUSTICE untuk Fak. Hukum dan BIOPALAS untuk Jurusan Biologio Fak. MIPA USU. Setiap organisasi pencinta alam memiliki tujuan masing - masing. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dan peranannya.

Logo KOMPAS - USU 

Saya mengambil sample KOMPAS - USU. Organisasi ini memiliki tujuan yaitu “Membina insan akademis yang sadar, mampu dan bertanggung jawab dalam melestarikan alam sebagai lingkungan hidup yang sehat”. Hal tersebut tertera dalam AD/ART organisasi pasal 5. Sejalan dengan tujuannya, dalam setiap kegiatan yang dilakukan KOMPAS - USU selalu mengutamakan hal pembinaan sebagai seorang akademisi. Kepetualangan alam bebas seperti perjalanan Hutan Gunung, Arung Jeram, Susur Gua, Panjat Tebing, Sepeda Gunung, ataupun kegiatan kepetualangan alam bebas lainnya tetap dilaksanakan. Hal ini mengingat organisasi ini berorientasi dari minat dan bakat. 

Anggota KOMPAS - USU yang menemukan penebangan di kawasan hutan lindung dalam kegiatan Eksplorasi Ekosistem Rimba pada tahun 2011 lalu. Copyright foto : Dedy Zulkifli   


Namun, agar tujuan organisasi dapat tercapai KOMPAS - USU berusaha untuk menyeimbangkan antara kepetualangan dengan pembinaan insan akademis. Baik itu dalam segi mental, kesadaran, hal teknis maupun studi ilmiahnya. Sebagai contoh kegiatan mendaki gunung. Mendaki bukan hanya sekedar mencintai dari hal menikmati keindahan alam, namun rasa solidaritas dan sosial juga ditumbuhkan dalam satu tim perjalanan. Menolong sesama tim yang membutuhkan bantuan menjadi dasar untuk pencapaian sebuah tujuan bersama. 

Tidak hanya itu, bentuk tanggung jawab juga diberikan seperti membawa kembali sampah yang bersifat non organik. Serta hal - hal yang lainnya yang berupa pembinaan selalu ditanamkan kepada anggotanya dalam setiap kegitan kepetualangan. untuk pembahasan manfaat mendaki gunung akan dikupas dalam edisi berikutnya. Tujuan tersebut di aplikasikan dalam kegiatan kepetualangan seperti Ekspedisi nephenthes di Taman Nasional Gunung Leuser 2009, Eksplorasi Ekosistem Rimba di sekitar kawasan Hutan Lindung Sibayak - Pintau dan Langkat pada tahun 2011, Pengamatan dan Pendokumentasian Angrek di sepanjang jalur Deleng Simpulan Angin - Deleng Barus, dan Pendakian dan Pendokumentasian Kantong Semar di G. Sibuatan pada tahun 2012, serta kegiatan terakhir bulan april lalu Inventarisir Jamur di sepanjang jalur pendakian Gunung Sibuatan. 

Hal tersebut dilakukan oleh anggota dari berbagai disiplin ilmu. Baik itu Fakultas Ekonomi, Ilmu Budaya, Hukum, Teknik, Kedokteran, Ilmu Sosial & Politik, serta fakultas lainnya. Tidak ada kata yang pernah terucap “bukan bidangku” dari setiap anggota. Kegiatan berasal dari minat dan ketertarikan akan keindahan alam yang diaplikasikan dengan tindakan nyata dari mereka. Organisasi hanya memfasilitasi dan menunjang terselenggaranya kegiatan. Itulah sebagian gambaran dari kegiatan yang dilakukan oleh KOMPAS - USU yang merupakan singkatan dari Korps Mahasiswa Pencinta Alam dan Studi Lingkungan Hidup Universitas Sumatera Utara. Perkembangan kegiatan dari salah satu mapala di Sumatera Utara.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar