Selasa, 26 April 2016

Jawaban Untuk Menjawab Semua Keinginan

Gambar Ilustrasi:
Objek in Frame: Yudha Lesmana Pohan; Sunset di Tapak Tuan

Dialog singkat dengan kakanda Saiful terjadi tadi malam. Semua berawal dari dialog bisnis bersama Bg Aman, dan Ferdinand di Kedai Kopi sampai berlanjut ketika pulang kerumah. Sebuah kenikmatan ketika diskusi berlanjut sampai pagi. Ingin rasanya pagi itu langsung menuliskan dan mengambil intisari diskusi, karena aku takut pembicaraan tersebut berlalu begitu saja. Namun karena kantuk yang mulai menyerang serta fikiran yang terbawa dalam hasil diskusi, tanpa sadar suara klakson mobil tetangga mulai membangunkanku.

Diskusi panjang yang terjadi, mengarah pada gejolak fikiran didalam diri sendiri. Pengetahuan dalam kehidupan duniawi begitu sedikit yang dipahami. Mulai dari kehidupan sosial, ekonomi, budaya, filsafat, serta seni dan politik. Banyak hal yang ingin diketahui ataupun dipelajari. Banyak daftar buku yang belum terselesaikan untuk dibaca. Seolah kesibukan sehari-hari tidak sebanding dengan waktu yang tersedia. Lantas bagaimana lagi dengan agama. Walaupun gen keluarga serta lingkungan yang tidak begitu mendukung, namun dalam hati nurani ingin mempelajari tentang hal-hal yang dasar.

Baru beberapa waktu yang lalu aku menulis tentang pentingnya belajar sejarah. Nah, aku sendiri yang menganut sebuah kepercayaan, seolah mengimani atau memeluk agama atas dasar garis keturunan. Mengapa? Aku tidak benar-benar mengetahui apa yang ada didalamnya. Sejatinya, seseorang yang telah tumbuh dewasa, harus mampu membuktikan atau meyakinkan diri bahwa apa yang telah diyakini ini adalah memang benar adanya.

Islam itu satu, namun mengapa banyak aliran atau golongan. Tak sekedar itu, banyak sejarah ataupun kisah para nabi yang belum aku ketahui. Lantas, bagaimana dengan ucapanku dalam tulisan tempo lalu yang "Melihat Peluang dari Sejarah". Apakah aku hanya akan menjadi seorang pembual yang bisanya hanya berkomentar dan menuliskan tanpa melakukan. Bukankah perbuatan lebih mulia dibandingkan dengan perkataan. Atau istilah yang mudah dipahami “Perbuatan adalah isi, perkataan adalah kulitnya”. Walupun kita tahu isi itu penting, namun kulit juga harus tetap djaga.

Kembali pada topik yang terjadi tadi, pergolakan didalam diri soal waktu dan begitu banyak hal yang harus dipelajari menjadi sebuah tantangan tersendiri. Bila kita berjalan tanpa ada rencana, maka aku adalah orang yang merugi. Pasrah terhadap kehidupan dan jalani saja apa yang menjadi kesenangan bagimu adalah suatu tindakan yang konyol.

Setiap orang pasti ingin lebih maju, lebih tinggi derajatnya, lebih baik dari hari yang kemarin. Lantas kalau tidak ada orientasi atau tujuan yang hendak dicapai, apa yang mau dilakukan. Toh ada rencana pun terkadang lalai dengan suasana, apalagi tidak ada arah.

“Lantas, apa kira-kira tindakan yang harus aku lakukan disaat begitu banyak hal yang harus aku pelajari dan aku kembangkan. Mulai dari pendidikan, usaha urusan romansa. Kemudian bagaimana aku mempelajari agama? Bagaimana aku mengatur waktunya? Berarti memang harus seimbang yah...?

“BODOH kali POLA FIKIRMU itu!

Itulah jawaban yang aku terima. Hahahaha..... nah, lantas apa jawaban atas pernyataan itu??
Semua hal itu berfokuslah terhadap yang kekal, yaitu akhirat. Kamu belajar, bekerja, menjalin hubungan semua karena Allah SWT. Tak ada hal yang melarang keinginan yang akan adinda lakukan, ketika itu memang tidak bertentangan dengan aturan dan larangannya. Semua sudah jelas”

“ Lakukan semua hal karena ridha dari Allah SWT ”

Bukan bermaksud berperilaku sok religius ataupun layaknya “padi yang baru tumbuh”. Tulisanku disini sekedar untuk ajang sharing dan berbagi. Semoga saja, apa yang aku temukan dari hasil diskusi ini menjawab dan menguatkan langkahku untuk menjadi pribadi yang lebih baik, begitu juga dengan kalian.

Aku bukanlah seorang penulis yang handal yang mampu menterjemahkan isi hati dan fikiran ke dalam tulisan. Namun aku berusaha untuk menuangkan apa yang telah aku dapati. Membiasakan untuk berbagi ke blog ketimbang hanya menuliskan dalam catatan perjalanan secara pribadi. Semoga ini bermanfaat. Amin... 

Senin, 25 April 2016

Melihat Peluang dari Sejarah

Makam si Tuan Tapa di kota Tapak Tuan, Aceh Selatan

Mengeluarkan keluh kesah serta pertanyaan-pertanyaan kedalam bentuk tulisan mungkin akan membantuku untuk lebih produktif dan siapa tau bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan atau memiliki pemikiran yang sama.

Seperti biasa, sebuah tulisan di kalimat atau paragraf pertama mungkin akan berita singkat atau topik pilihan. Lain halnya dengan tulisanku disini, aku lebih senang menuangkan alasan aku menulis. karena apapun itu, alasan/latar bel;akang adalah hal yang paling mendasar bagi kita untuk melakukan sesuatu. Istilah lebih kerennya adalah motif.

Nah, topik yang ingin aku bahas yaitu melihat kondisi para kalangan muda ataupun banyak orang yang sedikit sekali senang belajar sejarah. Tak bisa dipungkiri saya dulu pun begitu, ketika duduk dibangku sekolah, belajar tentang sejarah merupakan hal yang membosankan. Apalagi jika disuruh menghapal tahun, pemimpin ataupun nama daerah.

Saya tak mengerti, apakah mereka para guru ingin membuat kami hafal tentang semua itu?? Lantas, bagaimana dengan hafalan yang lain yang mungkin saja sifatnya tak kalah penting dengan belajar sejarah. Seperti agama, kehidupan sosial, ilmu pengetahuan alam dan lain sebagainya.

Pertanyaan ini, sering muncul ketika saya telah tumbuh dewasa dan mulai suka berjalan kesana kemari menelusuri tempat-tempat yang saya anggap menarik. Ya, hobi jalan-jalan terus membawaku untuk menelusuri kembali seluk beluk sebuah lokasi ataupun hal yang menarik dari objek tersebut.

Mulai tertariknya saya terhadap sejarah bisa dibilang dari hobi tersebut, namun bukan hanya sebatas hal hobi atau keterkaitannya dengan berwisata. Fenomena tentang sejarah, ataupun kata-kata yang sering diucapkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu “Bangsa yang besar adalah bangsa yang kenal akan sejarahnya”sebenarnya meupakan pernyataan yang keluar begitu saja.

Coba perhatikan negara maju seperti amerika, prancis, ataupun china. Perpustakaan ataupun museum selalu ramai dikunjungi wisatawan. Hal ini sangat berbeda sekali dengan wilayah kita. Museum, perpustakaan seakan-akan berisikan orang-orang yang sangat membosankan ataupun para orang aneh yang cupu. Tidak gaul dalam bahasa kekiniannya. Yang asyik itu adalah orang yang sering update di tempat tongkrongan menarik, banyak fans dari kepopularitasannya ataupun hal yang lain.

Saya disini bukan seorang ilmuan ataupun filsafat yang mampu memecahkan semua pertanyaan sampai sedalam itu. Namun, saya hanya ingin melemparkan semua pertanyaan dalam kepala, semoga saja ada yang mampu menjawab ataupun terjadi bahan diskusi antara mereka para pemikir diluaran sana.

Satu hal yang pasti, banyak orang yang lebih percaya diri ketika latar belakang keluarganya memiliki pengaruh atau disegani banyak orang. Banyak orang yang membuka balai pengobatan tradisonal dan sukses dalam dunia kesehatan serta banyak membantu orang lain. Banyak orang sukses yang membuka usaha rumah makan ataupun cafe dengan resep keluarga yang diwariskan secara turun temurun. Serta banyak hal usaha lainnya.


Saya disini bercerita sebagai seorang tamatan mahasiswa program diploma ekonomi dan sekaligus sebagai seorang pemuda yang belajar berwirausaha. Banyak hal yang bisa dimanfaatkan sebagai peluang usaha ataupun untuk mensejahterakan dan bermanfaat bagi banyak orang. Apapun itu, semoga pemikiran ini mampu ditangkap bagi mereka yang fresh graduate ataupun mereka yang menggunakan waktunya untuk berfikir. Semoga bermanfaat dan selamat berfikir...