Pagi
buta, aku telah dihibur dan dibangkitkan jiwa dan raga dengan lagu-lagu
nasionalisme.
Sebuah film yang menceritakan seorang anak yang tinggal diperbatasan dan mengalami kediskriminasian, namun rasa nasionalismenya tetap berkobar. "Tanah Surga, Katanya..." |
Entah mengapa, setiap aku mendengar lagu
"Indonesia Tanah Pusaka" ciptaan Ismail Marzuki tubuh ini terus
bergetar, air mata pun tak kuasa mulai menetes di wajah, ditambah dengan
suasana pagi hari yang masih begitu sepi dan murni.
Aku senang, disaat Bangsa Indonesia sering
dirudung oleh berbagai permasalahan, para pemimpin bangsa yang menjual harga
diri bangsa, kekayaan alam Indonesia untuk kepentingan kalangan tertentu, dan
sang mentri pemuda dan olahraga yang tak hafal lagu kebangsaan "Indonesia
Raya" (http://www.youtube.com/watch?v=fjWBTzhY-J0), aku disini terus dibangkitkan oleh
rasa nasionalisme itu.
Yah, mungkin banyak yang menilai miring
"kelompok ku". yang hobinya cuma suka naik gunung, pergi kehutan,
menyusuri lorong - lorong sempit, mengarungi riak - riak sungai yang deras,
memanjati tebing - tebing yang curam dan terjal, namun tak dapat dipungkiri hal
itulah yang terus dan terus menumbuhkan rasa kecintaan dan bangga terhadap
tanah air ini.
Kami bukan hanya bermain, ataupun
merusaknya. kami belajar mengenal akan apa yang ada di tanah airku, tanah air
kita, Bangsa Indonesia. Omong kosong kita berbuat untuk sesama, atas nama rakyat,
mengangkat kemiskinan masyarakat yang tertinggal, namun kita tak pernah tau
bagaimana rasanya hidup jadi mereka. Tinggal dipedalaman, membaur dengan mereka
dan mengerti apa sebenarnya yang mereka butuhkan dan diharapkan.
Peringatan 17an di G. Sibayak oleh Kelompok Pencinta Alam Sumatera Utara |
Coba lihat, berapa banyak pemuda yang
kenal akan budayanya, minimal asal usul sukunya. Kita lebih senang melihat
budaya orang luar yang sedang tren di layar televisi kita. Banyak dari kita
menganggap budaya kita katrok, jadul, atau gak asyik. contoh sederhana adalah
musik dangdut dengan music K-Pop. sangat jauh berbeda sekali.
Sadar atau tidak, itulah kerugian besar
yang kita alami saat ini. Mengapa kita tidak mempopulerkan budaya - budaya
kita. Toh orang diluar sana saja tertarik untuk mempelajari budaya kita. Lantas
mengapa kita tidak.
Kita sebagai generasi bangsa, sudah
selayaknya mengenal, dan mengetahui budaya asli kita. Tumbuhkan rasa
nasionalisme kita. Mungkin saat ini, kita masih tergerus oleh sistem, para
pemimpin yang berkamuflase dengan semangat nasionalis. namun aku, kami, dan
kawan - kawan pasti yakin dipelosok sana banyak sosok - sosok yang rasa
nasionalismenya lebih kuat dibandingkan pemimpin kita saat ini. Ia terus
berjuang dan rela berkorban demi bangsa walaupun diskriminasi yang terus ia
terima.
Ia yakin, bahwa akan ada perubahan yang
lebih baik untuk merubah nasib bangsa kita, Bangsa Indonesia yang kaya raya
ini. Terus lanjutkan perjuangan kita kawan - kawan. Aku, kami, Kalian, Kita
semua...
Jayalah Indonesia....
Tidak ada komentar :
Posting Komentar