Sabtu, 28 September 2013

Berbagi Keceriaan dengan Lukisan

Melukis dapat membantu untuk berbagi keceriaan dengan anak - anak pengungsi erupsi gunung sinabung.



Delvita namanya, anak pengungsi erupsi letusan Gunung Sinabung di posko Kuta Rakyat dari Desa sigarang - garang.Usianya 5 tahun dan masih duduk di bangku kelas 1 sekolah dasar. Ia tak sekolah, karena sudah satu minggu ini memang sekolahnya diliburkan. Debu vulkanik yang masih terus dikeluarkan dari Gunung Sinabung serta status siaga yang belum dicabut oleh Badan Vulkanologi membuat kepala sekolah di sekolah dasar tersebut tetap meliburkan siswa - siswinya. 
Senyum yang manis terpancar dari seorang anak pengungsi dari Desa Sigarang - garang
Anak ini awalnya datang ketika aku sedang menuliskan keadaan dan kondisi yang terlihat di posko pengungsian ini dalam catatan perjalananku. namun tiba - tiba Delita muncul dihadapanku dan terus memperhatikan aktivitas yang aku lakukan. aku pun berkenalan dengannya dan menghentikan aktivitasku yang belum selesai. 

Tak disangka, anak tersebut mengambil alih pena dan buku catatanku. ia kemudia mencorat - coret buku tersebut. Namun, bodoh jika aku memarahi atau mengusirnya dari tendaku. aku mencoba mengarahkannya agar ia berkreasi, bukan mencorat - coretnya. mulai dari menulis alfabet, angka, dan juga menulis namanya.
kemudian aku memintanya untuk mencoba melukis. namun ia hanya tersenyum dan menjawab dengan logat karonya "tidak bisa".
Coretan dan gambar yang menghibur mereka
Lalu aku kembali mengambil alih buku tersebut, dan mencoba melukis. mulai dari gambar gunung sinabung meletus, burung, dan objek yang ada di sekitarnya. termasuk gambar yang di inginkan mereka.
Mungkin hanya itu yang bisa aku berikan mereka, melukis dan bercerita. aku tak terbiasa berdiri didepan umum dan membuat hiburan, games atau lelucon lainnya. aku tak punya keberanian untuk itu. aku juga tak punya makanan ataupun mainan lainnya yang bisa aku bagikan ke mereka. dan aku juga tak narsis seperti mereka yang menjadikan bencana sebagai background objek foto.


satu persatu mulai berkumpul dan merequest lukisan

Namun, dengan hanya melukis dan bercerita, aku bisa mengumpulkan anak2 tanpa harus aku suruh berkumpul, aku bisa membuat mereka tertawa tanpa harus melucu di depan mereka, dan aku bisa mengetahui apa yang tergambar dalam fikiran mereka tanpa harus menggali lebih dalam dengan berbagai macam pertanyaan.

Tim relawan

semua orang bergembira, mereka bisa ceria dan terhibur. walaupun hanya sesaat namun setidaknya mereka tertawa. begitu juga dengan para orang tua yang aku lakukan dengan mendengarkan keluh kesah mereka, berbagi pengalaman saat menjadi relawan di tempat lain, dan mengharapkan agar tetap positif thinking walaupun segala kondisi carut marutnya sistem manajemen posko pengungsian. kami bisa tertawa... menghalau rasa dingin dengan tertawa...
Mereka mulai bermain dan tertawa bersama dengan tim relawan

yah... begitu berharga dan besarnya manfaat tertawa.

Jadi, setiap orang bisa membantu dan berbagi untuk mengurangi segala kesedihan mereka yang sedang dirudung bencana. Begitu juga dengan kita tak seharusnya kita bersedih akan masalah yang kita hadapi.
semoga tulisan ini bermanfaat... amien.

Senin, 02 September 2013

Nasionalisme

Pagi buta, aku telah dihibur dan dibangkitkan jiwa dan raga dengan lagu-lagu nasionalisme. 

Sebuah film yang menceritakan seorang anak yang tinggal diperbatasan dan mengalami kediskriminasian, namun rasa nasionalismenya tetap berkobar. "Tanah Surga, Katanya..."

Entah mengapa, setiap aku mendengar lagu "Indonesia Tanah Pusaka" ciptaan Ismail Marzuki tubuh ini terus bergetar, air mata pun tak kuasa mulai menetes di wajah, ditambah dengan suasana pagi hari yang masih begitu sepi dan murni.
Aku senang, disaat Bangsa Indonesia sering dirudung oleh berbagai permasalahan, para pemimpin bangsa yang menjual harga diri bangsa, kekayaan alam Indonesia untuk kepentingan kalangan tertentu, dan sang mentri pemuda dan olahraga yang tak hafal lagu kebangsaan "Indonesia Raya" (http://www.youtube.com/watch?v=fjWBTzhY-J0), aku disini terus dibangkitkan oleh rasa nasionalisme itu.
Yah, mungkin banyak yang menilai miring "kelompok ku". yang hobinya cuma suka naik gunung, pergi kehutan, menyusuri lorong - lorong sempit, mengarungi riak - riak sungai yang deras, memanjati tebing - tebing yang curam dan terjal, namun tak dapat dipungkiri hal itulah yang terus dan terus menumbuhkan rasa kecintaan dan bangga terhadap tanah air ini.
Kami bukan hanya bermain, ataupun merusaknya. kami belajar mengenal akan apa yang ada di tanah airku, tanah air kita, Bangsa Indonesia. Omong kosong kita berbuat untuk sesama, atas nama rakyat, mengangkat kemiskinan masyarakat yang tertinggal, namun kita tak pernah tau bagaimana rasanya hidup jadi mereka. Tinggal dipedalaman, membaur dengan mereka dan mengerti apa sebenarnya yang mereka butuhkan dan diharapkan.

Peringatan 17an di G. Sibayak oleh Kelompok Pencinta Alam Sumatera Utara

Coba lihat, berapa banyak pemuda yang kenal akan budayanya, minimal asal usul sukunya. Kita lebih senang melihat budaya orang luar yang sedang tren di layar televisi kita. Banyak dari kita menganggap budaya kita katrok, jadul, atau gak asyik. contoh sederhana adalah musik dangdut dengan music K-Pop. sangat jauh berbeda sekali.
Sadar atau tidak, itulah kerugian besar yang kita alami saat ini. Mengapa kita tidak mempopulerkan budaya - budaya kita. Toh orang diluar sana saja tertarik untuk mempelajari budaya kita. Lantas mengapa kita tidak. 
Kita sebagai generasi bangsa, sudah selayaknya mengenal, dan mengetahui budaya asli kita. Tumbuhkan rasa nasionalisme kita. Mungkin saat ini, kita masih tergerus oleh sistem, para pemimpin yang berkamuflase dengan semangat nasionalis. namun aku, kami, dan kawan - kawan pasti yakin dipelosok sana banyak sosok - sosok yang rasa nasionalismenya lebih kuat dibandingkan pemimpin kita saat ini. Ia terus berjuang dan rela berkorban demi bangsa walaupun diskriminasi yang terus ia terima. 

Ia yakin, bahwa akan ada perubahan yang lebih baik untuk merubah nasib bangsa kita, Bangsa Indonesia yang kaya raya ini. Terus lanjutkan perjuangan kita kawan - kawan. Aku, kami, Kalian, Kita semua...
Jayalah Indonesia....