suasana kota Lubuk Pakam |
Beberapa hari yang lalu ketika hendak pulang kerumah, aku
menyempatkan diri untuk berjalan – jalan di taman kota Lapangan Segitiga Lubuk
Pakam, Kabupaten Deli Serdang Sumatra Utara. Kenapa dikatakan Lapangan Segitiga??
Secara umum lapangan kan bentuknya persegi panjang!!
Sebuah pertanyaan yang sering dilontarkan oleh sebagian pendatang yang merasa heran dengan penamaan taman tersebut.
Sebuah pertanyaan yang sering dilontarkan oleh sebagian pendatang yang merasa heran dengan penamaan taman tersebut.
Dikatakan Taman Umum Lapangan Segitiga sebab taman tersebut
jika ditarik secara keseluruhan atau secara utuh memang berbentuk segitiga. Cuma
terdiri dari tiga bagian. Bagian yang runcing itu dijadikan tugu bank daerah
yaitu Bank Sumut. Konon dahulunya tugu ini akan dijadikan tugu ikon Lapangan
Segitiga oleh Pemkab Deli Serdang. Namun karena dananya yang tidak jelas,
pembangunannya jadi terbengkalai. Kemudian pembangunan tersebut diambil alih
oleh Bank Sumut sehingga loga atau ikon Bank Sumut lah yang terlihat di tugu
tersebut.
Selanjutnya bagian kedua yaitu Taman Mahkam Pahlawan Lubuk
Pakam. Di makam tersebut jumlah pahlawan yang dikebumikan disitu sangat
sedikit. Sehingga ada teman saya yang baru datang ke Pakam dan melihat mahkam tersebut mengatakan “dari semua
lokasi yang pernah aku kunjungi, mahkam pahlawan inilah yang paling kecil”. Mendengar
pernyataan tersebut aku hanya tersenyum saja.
Dan bagian yang ketiga yaitu lapangan luas yang berbentuk
persegi yang tak sama sisi. Bagaikan sebuah segitiga, namun bagian ujung yang
runcingnya dibuang. Seperti itulah gambaran bentuknya. Di pinggiran lapangan
tersebut dibuat trotoar untuk masyarakat melakukan jogging tau sekedar jalan
santai.
satu porsi siomay tanpa telur |
Disini aku ingin berbagi inforasi tentang jajanan / kuliner
yang selalu membuat saya ketagihan. Dari semenjak saya SMA sampai Kuliah bila
ada kesempatan aku selalu menyempatkan untuk makan siomay yang berjualan
didepan mahkam pahlawan tersebut. Harganya pun relatif murah, perporsinya cuma
goceng atau lima ribu rupiah. Sudah lengkap dengan bakso, telur dan kacang
gorengnya. Sayang, waktu saya datang telurnya sudah habis jadi saya tidak
merasakannya.
pedagang siomay yang berjualan di depan mahkam pahlawan |
Pedagang siomay yang orientasi pasarnya fokus pada anak
sekolah ini berdagang mulai pukul 10.00 WIB sampai dagangannya habis. Umumnya
pukul 16.00 dagangannya sudah habis. Pedagang yang bernama Pak Heri, berumur 37
tahun ini sudah berjualan selama 6 tahun lebih. Penghasilan rata-ratanya
mencapai 100 ribu perhari.
Pohon kelapa dan pohon asam peneduh lokasi jajanan |
Suasana tempat makannya pun asyik, dibawah rindangnya pohon
asem dan pohon asem serta hijaunya rerumputan menambah asyiknya suasana makan. Angin
sepoi – sepoi plus es kelapa muda akan merefreskan fikiran sejenak. Walaupun makan
dipinggir jalan para pengunjung tidak perlu khawatir dengan debu jalanan. Sebab
anak dari pedagang tersebut selalu menyiram jalanan tempat para mobil melintas.
Dan jarak lokasi tempat makan kita pun sebenarnya juga jauh kok dari jalan. Jadi
masih higenis kok maknannya.
anak pedagang siomay yang sedang menyiram jalanan |
Setelah selesai makan siomay aku berkeliling ke kota lubuk
pakam yang biasa aku lewati. Tapi kali ini suasananya berbeda sebab aku
berjalan kaki dan memotret suasana perkotaan tersebut. Seolah-olah backpacker
yang baru pertama kali datang ke kota tersebut. Hehehe...