Bertempur melawan teriknya panas matahari demi mendapatkan deburan ombak dan matahari terbenam di Pantai Timur Sumatera.
Sunset di Pantai Serambi Deli |
Sepasang kaki
mengayuh pedal sepeda gunung. Perjalanan kali ini terasa begitu berat, bukan
karena tanjakan atau kondisi medan yang sulit. Namun karena kaki ini tidak
terbiasa lagi untuk mengayuh pedal sepeda.
Sudah hampir
berapa bulan sepeda gunungku teronggok di dalam gudang. Kesibukan dengan
aktivitas akademik yang memasuki masa akhir dan juga aktivitas olahraga yang
didominasi dengan mendaki gunung sehingga sepeda gunungku mulai terpinggirkan.
Rencana bersepeda
ini dimulai ketika aktivitas sudah tidak terlalu banyak dan didominasi dengan
berleha - leha untuk menenangkan fikiran dari rutinitas yang mulai menjenuhkan.
Aku memasuki gudang dan melihat sepeda gunungku mulai diselimuti oleh debu.
Sedih melihatnya, aku pun mengeluarkn sepeda tersebut.
Aku ingat, ada
yang rusak pada bagian gearnya. Aku pun segera mengambil kunci berbentuk L
untuk memperbaikinya. Setel sana sini akhirnya pun selesai. Aku mencobanya
untuk melihat apakah sudah pas atau belum setelannya.
Yang namanya sudah
sehati, niat itu pun muncul. Aku merasakan seolah darahku berdesir dengan
cepat. Kupacu sepedaku dengan kencang. Aku menikung di perempatan jalan. Di
balik tikungan tersebut aku melihat ada polisi
tidur. Dengan sekuat tenaga aku kembali mengayuh pedal sepedaku dan...
Terbang..., aku
melompati polisi tidur tersebut dan melayang sejenak di udara sampai akhirnya
mendarat di aspal kembali.
Merasa Bebas
Akibat ulahku
tadi, aku merasa begitu lepas. Aku merasa semangat dan gairahku pun kembali.
Mungkin inilah yang namanya hobi, ketika kita melakukan hobi tersebut, gairah
hidup kita pun serasa kembali.
Melihat waktu
menunjukan pukul 17.00 WIB akupun bergegas kembali pulang dengan niat yang ada
didalam kepala. Ya, aku ingat ini Bulan Mei dan biasanya matahari berada di
belahan bumi bagian utara. Ini merupakan waktu yang tepat. Kenapa? Karena dari
pantai sebelah timur sumatera (Pantai Timur Sumatera) kita dapat menyaksikan sunset tepat tenggelam di atas permukaan
laut.
Aku tinggal di Lubuk Pakam. Dan jarak pantai
dari rumahku tidak begitu jauh, berkisar 10 - 15 Km. Baju, sarung tangan, helm
dan sepatu aku persiapkan. Tak lupa pula membawa minum yang dikemas dalam botol
minuman. Setelah semua persiapan selesai aku pun bergegas untuk beranjak pergi.
Cuaca sore ini
terasa begitu cerah, matahari masih memancarkan sinarnya dengan begitu terik.
Aku tetap semangat, jalanan yang berlubang, kerikil - kerikil yang bertaburan
serta tanjakan yang ada karena jembatan aku jalani. Peluh demi peluh mulai
menetes di sekujur tubuhku, namun semangatku terus berkobar. Bertempur melawan
teriknya panas matahari demi mendapatkan deburan ombak dan matahari terbenam di
Pantai Timur Sumatera. Ini lah yang terus ada dibenak kepalaku.
Lumbung Padi & Kampung Nelayan
Untuk menuju
pantai yang dituju, aku melewati hamparan padi yang luas. Padi tersebut masih
hijau dan belum terlalu tinggi. Namun sejauh mata memandang, hanya hamparan
hijau yang terlihat, terkadang ada beberapa gubuk yang ada diantara hamparan
padi tersebut.
Yah, aku memasuki
Desa Ramunia. Desa ini dikenal sebagai Lumbung Padi di Kabupaten Deli Serdang.
tak heran jika sejauh mata memandang hanya hamparan padi yang hijau terlihat
dari sisi jalan ini.
Muara sungai yang dijadikan jalur nelayan untuk melaut |
Ketika jalanan
sudah mulai memasuki perkampungan, suasana begitu ramai. Anak anak bermain di halaman rumah, sebagian orang
tua, terutama kaum lelaki ada yang sedang berkumpul di warung kopi, sebagian
ibu - ibu juga berkumpul di teras rumah halamannya.
Bagi penduduk
setempat yang mayoritas bermata pencarian sebagai petani, masa seperti ini
tidak terlalu sibuk. Padi yang sudah tumbuh seperti saat ini tidak menyita
waktu yang banyak bagi mereka, hanya beberapa kali membutuhkan pupuk untuk
mampu berkembang biak pada tunas bagian bawah agar lebih banyak.
Di sela rumah - rumah warga juga terlihat
kilang padi yang jumlahnya juga dapat dikatakan banyak. Kilang - kilang
tersebut juga tidak terlalu sibuk. Mungkin karena bukan masa panen. Mayoritas
suku yang ada di desa tersebut adalah suku batak dan beragama kristen. Hal ini
terlihat dari logat bicara dan banyak berdiri gereja - gereja yang megah.
Selesai mengamati
desa tersebut, aku kembali mengayuh sepedaku dengan kencang. Kali ini aku kembali
memasuki sebuah perkampungan yang sangat berbeda dengan Desa Ramunia tadi.
Dikampung ini banyak terlihat ikan - ikan kecil dijemur dihalaman rumah,
aktivitas warga terutama kaum lelaki disibukkan dengan menjahit jaring - jaring
yang tergantung.
Ternyata aku
memasuki perkampungan nelayan, Desa Palu Sebaji namanya. Desa ini berada di Kecamatan
Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang. Sesuai dengan nama kampungnya, mayoritas
penduduk bermatapencaharian sebagai nelayan. Tak jauh dari perkampungan
tersebut, aku mendapati sebuah sungai. Sungai ini sangat ramai, banyak kapal -
kapal nelayan sederhana berjaajar rapi di tepian sungai tersebut. Ada yang
sibuk menguras air dari lambung kapal, ada yang sibuk melipat jaring dan ada
juga yang sedang merapikan bagian luar kapal.
Duduk di Atas Pohon
Tumbang
Puas menyaksikan
aktivitas warga perkampungan nelayan, aku pun kembali mengayuh pedal sepedaku.
Jalanan kali ini didominasi dengan pemandangan hutan bakau dan tambak - tambak
ikan. Sesekali terlihat bangunan tinggi yang merupakan rumah penangkaran burung
walet.
Pohon tubang yang berada di bibir pantai |
Di ujung jalan,
terlihat sebersit cahaya putih kebiru-biruan dengan hamparan yang luas. Yah,
sudah sedikit terlihat laut yang akan dituju. Akupun kembali mengayuh sepedaku
dengan kencang. Angin sepoi - sepoi, hamparan rumput yang hijau serta pohon
cemara berjajar rapi ditepian pantai. Terlihat gubuk - gubuk sangat sepi.
Maklum, hari ini bukan hari libur sehingga tak banyak wisatawan yang
berkunjung.
Aku terus mengayuh
sepedaku sembari berteriak sekuat - kuatnya merasakan kebahagian karena melihat
keindahan pantai ini. Aku memilih di ujung pantai tersebut, karena di ujung
tersebut terdapat muara sungai yang biasa menjadi jalur lalu - lintas nelayan
setempat.
Pantai yang aku
kunjungi saat ini bernama Pantai Serambi Deli. Pantai ini terletak di Desa Palu
Sebaji, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang. Pantai ini merupaka
pantai yang dikelola oleh kelompok masyarakat setempat. Namun jangan anggap
remeh, pantai ini terlihat bersih dan tertata rapi. Pondok-pondoknya pun juga
sebagian terbuat dari beton dan berkeramik, walaupun ada juga pondok yang
terbuat dari tepas dan bambu. Jalanan di sekitar lokasi juga sudah di pasang
paping blok.
Aku memakirkan
sepedaku di pinggiran pantai. Deburan ombak, angin sepoi - sepoi serta suasana
senja matahari memberikan suasana yang menyenangkan bagiku. Matahari pun masih
terlihat jelas. Aku duduk diatas pohon yang tumbang dekat dengan bibir pantai.
Diatas pohon
inilah, aku menyaksikan detik demi detik matahari mulai tenggelam. Cipratan air
laut terkadang membasahi kakiku. Kapal - kapal nelayan juga lalu lalang
melintas dimuara sungai. Sungguh perjalanan yang menyenangkan. Kaki yang pegal
tadi tak kurasakan kembali. Yang ada hanya perasaan senang serta hati yang puas
karena bisa menyaksikan sunset dengan perjuangan yang telah aku lakukan
barusan.
Anak - anak nelayan yang hendak memasang bubu/ perangkap ikan |
Aku duduk
menikmati suasana tersebut sampai matahari benar - benar tenggelam dan warna
langit berubah menjadi gelap. Dengan hati yang senang aku kembali kerumah
dengan mengayuh sepedaku dengan santai.