Senin, 10 Juni 2013

MENGEJAR SUNSET DI PANTAI TIMUR SUMATERA

Bertempur melawan teriknya panas matahari demi mendapatkan deburan ombak dan matahari terbenam di Pantai Timur Sumatera.

Sunset di Pantai Serambi Deli
Sepasang kaki mengayuh pedal sepeda gunung. Perjalanan kali ini terasa begitu berat, bukan karena tanjakan atau kondisi medan yang sulit. Namun karena kaki ini tidak terbiasa lagi untuk mengayuh pedal sepeda.
Sudah hampir berapa bulan sepeda gunungku teronggok di dalam gudang. Kesibukan dengan aktivitas akademik yang memasuki masa akhir dan juga aktivitas olahraga yang didominasi dengan mendaki gunung sehingga sepeda gunungku mulai terpinggirkan.
Rencana bersepeda ini dimulai ketika aktivitas sudah tidak terlalu banyak dan didominasi dengan berleha - leha untuk menenangkan fikiran dari rutinitas yang mulai menjenuhkan. Aku memasuki gudang dan melihat sepeda gunungku mulai diselimuti oleh debu. Sedih melihatnya, aku pun mengeluarkn sepeda tersebut.
Aku ingat, ada yang rusak pada bagian gearnya. Aku pun segera mengambil kunci berbentuk L untuk memperbaikinya. Setel sana sini akhirnya pun selesai. Aku mencobanya untuk melihat apakah sudah pas atau belum setelannya.


Yang namanya sudah sehati, niat itu pun muncul. Aku merasakan seolah darahku berdesir dengan cepat. Kupacu sepedaku dengan kencang. Aku menikung di perempatan jalan. Di balik tikungan tersebut aku melihat ada polisi tidur. Dengan sekuat tenaga aku kembali mengayuh pedal sepedaku dan...
Terbang..., aku melompati polisi tidur tersebut dan melayang sejenak di udara sampai akhirnya mendarat di aspal kembali.

Merasa Bebas
Akibat ulahku tadi, aku merasa begitu lepas. Aku merasa semangat dan gairahku pun kembali. Mungkin inilah yang namanya hobi, ketika kita melakukan hobi tersebut, gairah hidup kita pun serasa kembali.
Melihat waktu menunjukan pukul 17.00 WIB akupun bergegas kembali pulang dengan niat yang ada didalam kepala. Ya, aku ingat ini Bulan Mei dan biasanya matahari berada di belahan bumi bagian utara. Ini merupakan waktu yang tepat. Kenapa? Karena dari pantai sebelah timur sumatera (Pantai Timur Sumatera) kita dapat menyaksikan sunset tepat tenggelam di atas permukaan laut.
 Aku tinggal di Lubuk Pakam. Dan jarak pantai dari rumahku tidak begitu jauh, berkisar 10 - 15 Km. Baju, sarung tangan, helm dan sepatu aku persiapkan. Tak lupa pula membawa minum yang dikemas dalam botol minuman. Setelah semua persiapan selesai aku pun bergegas untuk beranjak pergi.
Cuaca sore ini terasa begitu cerah, matahari masih memancarkan sinarnya dengan begitu terik. Aku tetap semangat, jalanan yang berlubang, kerikil - kerikil yang bertaburan serta tanjakan yang ada karena jembatan aku jalani. Peluh demi peluh mulai menetes di sekujur tubuhku, namun semangatku terus berkobar. Bertempur melawan teriknya panas matahari demi mendapatkan deburan ombak dan matahari terbenam di Pantai Timur Sumatera. Ini lah yang terus ada dibenak kepalaku.

Lumbung Padi & Kampung Nelayan
Untuk menuju pantai yang dituju, aku melewati hamparan padi yang luas. Padi tersebut masih hijau dan belum terlalu tinggi. Namun sejauh mata memandang, hanya hamparan hijau yang terlihat, terkadang ada beberapa gubuk yang ada diantara hamparan padi tersebut.
Yah, aku memasuki Desa Ramunia. Desa ini dikenal sebagai Lumbung Padi di Kabupaten Deli Serdang. tak heran jika sejauh mata memandang hanya hamparan padi yang hijau terlihat dari sisi jalan ini.

Muara sungai yang dijadikan jalur nelayan untuk melaut

Ketika jalanan sudah mulai memasuki perkampungan, suasana begitu ramai. Anak  anak bermain di halaman rumah, sebagian orang tua, terutama kaum lelaki ada yang sedang berkumpul di warung kopi, sebagian ibu - ibu juga berkumpul di teras rumah halamannya.
Bagi penduduk setempat yang mayoritas bermata pencarian sebagai petani, masa seperti ini tidak terlalu sibuk. Padi yang sudah tumbuh seperti saat ini tidak menyita waktu yang banyak bagi mereka, hanya beberapa kali membutuhkan pupuk untuk mampu berkembang biak pada tunas bagian bawah agar lebih banyak.
 Di sela rumah - rumah warga juga terlihat kilang padi yang jumlahnya juga dapat dikatakan banyak. Kilang - kilang tersebut juga tidak terlalu sibuk. Mungkin karena bukan masa panen. Mayoritas suku yang ada di desa tersebut adalah suku batak dan beragama kristen. Hal ini terlihat dari logat bicara dan banyak berdiri gereja - gereja yang megah.
Selesai mengamati desa tersebut, aku kembali mengayuh sepedaku dengan kencang. Kali ini aku kembali memasuki sebuah perkampungan yang sangat berbeda dengan Desa Ramunia tadi. Dikampung ini banyak terlihat ikan - ikan kecil dijemur dihalaman rumah, aktivitas warga terutama kaum lelaki disibukkan dengan menjahit jaring - jaring yang tergantung.
Ternyata aku memasuki perkampungan nelayan, Desa Palu Sebaji namanya. Desa ini berada di Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang. Sesuai dengan nama kampungnya, mayoritas penduduk bermatapencaharian sebagai nelayan. Tak jauh dari perkampungan tersebut, aku mendapati sebuah sungai. Sungai ini sangat ramai, banyak kapal - kapal nelayan sederhana berjaajar rapi di tepian sungai tersebut. Ada yang sibuk menguras air dari lambung kapal, ada yang sibuk melipat jaring dan ada juga yang sedang merapikan bagian luar kapal.

Duduk di Atas Pohon Tumbang
Puas menyaksikan aktivitas warga perkampungan nelayan, aku pun kembali mengayuh pedal sepedaku. Jalanan kali ini didominasi dengan pemandangan hutan bakau dan tambak - tambak ikan. Sesekali terlihat bangunan tinggi yang merupakan rumah penangkaran burung walet.

Pohon tubang yang berada di bibir pantai

Di ujung jalan, terlihat sebersit cahaya putih kebiru-biruan dengan hamparan yang luas. Yah, sudah sedikit terlihat laut yang akan dituju. Akupun kembali mengayuh sepedaku dengan kencang. Angin sepoi - sepoi, hamparan rumput yang hijau serta pohon cemara berjajar rapi ditepian pantai. Terlihat gubuk - gubuk sangat sepi. Maklum, hari ini bukan hari libur sehingga tak banyak wisatawan yang berkunjung.
Aku terus mengayuh sepedaku sembari berteriak sekuat - kuatnya merasakan kebahagian karena melihat keindahan pantai ini. Aku memilih di ujung pantai tersebut, karena di ujung tersebut terdapat muara sungai yang biasa menjadi jalur lalu - lintas nelayan setempat.
Pantai yang aku kunjungi saat ini bernama Pantai Serambi Deli. Pantai ini terletak di Desa Palu Sebaji, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang. Pantai ini merupaka pantai yang dikelola oleh kelompok masyarakat setempat. Namun jangan anggap remeh, pantai ini terlihat bersih dan tertata rapi. Pondok-pondoknya pun juga sebagian terbuat dari beton dan berkeramik, walaupun ada juga pondok yang terbuat dari tepas dan bambu. Jalanan di sekitar lokasi juga sudah di pasang paping blok.
Aku memakirkan sepedaku di pinggiran pantai. Deburan ombak, angin sepoi - sepoi serta suasana senja matahari memberikan suasana yang menyenangkan bagiku. Matahari pun masih terlihat jelas. Aku duduk diatas pohon yang tumbang dekat dengan bibir pantai.
Diatas pohon inilah, aku menyaksikan detik demi detik matahari mulai tenggelam. Cipratan air laut terkadang membasahi kakiku. Kapal - kapal nelayan juga lalu lalang melintas dimuara sungai. Sungguh perjalanan yang menyenangkan. Kaki yang pegal tadi tak kurasakan kembali. Yang ada hanya perasaan senang serta hati yang puas karena bisa menyaksikan sunset dengan perjuangan yang telah aku lakukan barusan.

Anak - anak nelayan yang hendak memasang bubu/ perangkap ikan

Aku duduk menikmati suasana tersebut sampai matahari benar - benar tenggelam dan warna langit berubah menjadi gelap. Dengan hati yang senang aku kembali kerumah dengan mengayuh sepedaku dengan santai.